Pemberian
embel-embel baru di belakang Islam, dari radikal, garis keras, fundamentalis,
militan, kiri, kanan, damai, cinta, hingga global, transnasional, dan nusantara
akan terus berlangsung. Bukan
saja nama baru itu mencerminkan konteks sejarah, sosial, dan budaya di mana
Islam sedang berada, berhadapan atau berjuang mempertahankan eksistensinya,
pelabelan juga mempunyai dimensi politik yang mencerminkan adanya konflik.
Penamaan
Islam Global dan Islam Nusantara pun boleh jadi menceritakan adanya konflik dan
hegemonisasi. Yang
satu antara Islam dan ‘penguasa dunia’ yang lain dengan negara. Dalam
perdebatan the politics of naming yang dikenal dalam ilmu sosial, definisi
ditentukan oleh si pembuat definisi, bukan apa yang didefinisikan.
Ketika kita memberi label
pada seseorang, saat itu pula kita menghakiminya tanpa proses pengadilan;
"To give someone or something a name is to exercise power," tulis
Jonathan Herring dalam The Power of Naming. Nietzsche pun mengetahui itu di
dalam On the Genealogy of Morality. Menurut Herring, political control sering
kali dijalankan melalui kuasa pemberian label pada seseorang, apakah itu label
teroris, disabled (cacat), ignorant (bodoh, kurang berilmu), atau kriminal.
Meskipun sepanjang sejarah
Islam selalu bersifat global dan lintas bangsa, penamaan Islam Global dan Islam
Transnasional menjadi ‘perlu ada’ di era globalisasi ketika kemajuan teknologi
informasi dan transportasi telah mereduksi jarak dan membuat umat Islam makin
terhubung satu dengan yang lain,dan Islam juga tampil makin asertif menghadapi
hegemoni ‘penguasa dunia’.
Demikian juga dengan Islam
Nusantara. Seiring dengan adat revival (kebangkitan adat kembali) dalam
penelitian Davidson, Henley, dan Takano, Islam Nusantara dapat dijelaskan
sebagai bagian dari fenomena pelokalan dan penguatan kembali nasionalisme
melawan derasnya arus globalisasi. Tentu, bukan kebetulan jika fenomena
kontradiktif itu terjadi justru di negara-negara bekas jajahan--terutama
multietnis.
Di India, misalnya,
penamaan kembali beberapa tempat dilakukan untuk menyenangkan masyarakat lokal
dan membangkitkan kebanggaan pada budaya India; Bombay telah diubah menjadi
Mumbai; Bangalore menjadi Bengaluru. West Bengal yang merupakan kampung halaman
berbagai etnis yang tidak semuanya berbahasa--ibu Bengali telah diubah menjadi
Paschim Banga sebagai terjemahan kata West Bengal dalam bahasa Bengali. SR
Chowdhury berkomentar pada The Financial Times, 2011, penamaan Paschim Banga
adalah pertanda berkuasanya etnis Bengali yang memarginalisasi etnis lain.
Dengan
alasan yang kurang lebih sama, perdebatan di media sosial baru-baru ini cukup
seru terhadap pembacaan Alquran dengan langgam Jawa. Yang berkeberatan tentu
mereka yang bukan orang Jawa.
Mengingat
hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan yang paling pribadi di antara
hubungan apa pun juga, penulis mengajak umat Islam untuk memerdekakan diri dari
berbagai kepentingan politik di balik pelabelan Islam dengan berbagai nama. Lalu, menciptakan sendiri
definsi Islam yang paling sesuai dengan diri kita masing-masing. Kemudian,
sebutlah itu dengan ‘Islam Saya’.
‘Islam
Saya’ adalah Islam yang saya pahami dan yang saya jalankan tradisinya. ‘Islam Saya’ adalah Islam
yang saya nikmati semua pengalaman spiritualnya. ‘Islam Saya’ adalah jalan yang
saya cari kembali ketika saya tersesat dan resah.
‘Islam Saya’ adalah Islam
yang memberikan saya identitas; yang menjadikan saya disiplin menjalankan
shalat di tengah kesibukan apa pun; yang membuat saya kuat menahan lapar dan dahaga
berpuasa; yang membangunkan saya di tengah malam untuk tahajud dan bermunajat;
yang membuat saya rela berbagi harta untuk membayar zakat setelah saya
mencarinya dengan susah payah; yang membuat saya menabung sedikit demi sedikit
agar bisa pergi berhaji ke Tanah Suci; dan yang memberikan makna atas semua
pengorbanan itu.
‘Islam
Saya’ adalah lentera yang saya bawa ke mana-mana yang menjadi penghias ketika
terang dan penerang ketika gelap. ‘Islam Saya’ adalah ‘bahasa’ yang bisa membuka
kesadaran saya akan keberadaan-Nya dan ‘jalan mendaki’ yang sedang saya tapaki
untuk menuju kepada-Nya. ‘Islam Saya’ adalah sebuah ruang kosmis di mana
terdapat kait mengait antara saya dan orang tua, para guru, ulama, dan anak
cucu saya kelak dalam sebuah kesatuan yang bermakna dan terhubung kepada-Nya.
Kalau
sekiranya ‘Islam Saya’ berbeda dengan Islam tetangga saya, saya tidak akan
ambil pusing karena saya sudah punya yang saya perlukan. Kalau ‘Islam Saya’
sama dengan Islam teman saya, saya akan senang berbagi pengalaman dan
pengetahuan keislaman dengannya.
Kalau
di tengah jalan ‘Islam Saya’ tidak bisa menjawab banyak pertanyaan dan
tantangan hidup yang tiba-tiba mengadang, saya akan mencari Islam lain yang
bisa menjawab kebutuhan itu. Sambil mensyukuri kekayaan khasanah Islam, saya
akan belajar dari beragam aliran yang dibawa oleh berbagai kelompok,
apakah itu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Jamaah Tabligh, Hizbut
Tahrir, Ikhwan al-Muslimin, Hidayatullah, para ahlulbait, tarekat para sufi,
dan lainnya dengan semangat seorang santri yang sejati.
Yaitu,
semangat mencari ilmu dan kebenaran dengan terlebih dulu membersihan hati dari
niat sekadar mencari kemasyhuran dan menginginkan kedudukan, sebagaimana pesan
Imam al-Ghazali di mukadimah buku Bidayatul Hidayah, "Ketahuilah wahai
manusia yang ingin mendapat curahan ilmu. Jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga,
mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia maka
sesungguhnya engkau sedang berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu,
dan menjual akhirat dengan dunia. Dengan demikian, engkau mengalami kegagalan,
perdaganganmu merugi. Tapi, jika niat dan maksudmu dalam menuntut ilmu untuk
mendapat hidayah, bukan sekadar mengetahui riwayat, bergembiralah. Sesungguhnya, para malaikat membentangkan sayapnya untukmu saat engkau
berjalan dan ikan-ikan di laut memintakan ampunan bagimu ketika engkau
berusaha." (Al-Ghazali).
Dan
selanjutnya, saya akan membiarkan Allah sendirilah yang akan menunjukkan pada
saya apa-apa yang saya cari itu.
Ini merupakan Tulisan asli dari: Wardah Alkatiri
(PhD Candidate in Sociology di University of Canterbury Selandia Baru
Referensi
Tambahan
Idris, S & Tabrani, Z. A. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme
dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan
Konseling, 3(1), 96-113.
Musradinur & Tabrani.
ZA. (2015). Paradigma Pendidikan Islam Pluralis Sebagai Solusi
Integrasi Bangsa (Suatu Analisis Wacana Pendidikan Pluralisme Indonesia).
Proceedings 1st
Annual International Seminar on Education 2015. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press, 77-86
Tabrani.
ZA & Hayati. (2013). Buku Ajar Ulumul
Qur`an (1). Yogyakarta:
Darussalam Publishing, kerjasama dengan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh
Tabrani.
ZA & Masbur, M. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and
Its Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and
Modern Learning Theories). Jurnal
Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2),
99-112.
Tabrani.
ZA. (2008). Mahabbah dan Syariat. Selangor: Al-Jenderami Press
Tabrani.
ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (Antara Tradisional dan Modern).
Selangor: Al-Jenderami Press
Tabrani.
ZA. (2011).
Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal
of Democracy, 17(2), 99-113
Tabrani.
ZA. (2011). Nalar Agama dan Negara dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Suatu
Telaah Sosio-Politik Pendidikan Indonesia). Millah Jurnal Studi Agama,
10(2), 395-410
Tabrani.
ZA. (2011). Pendidikan Sepanjang Abad (Membangun Sistem Pendidikan Islam di
Indonesia Yang Bermartabat). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional 1
Abad KH. Wahid Hasyim. Yogyakarta: MSI UII, April 2011.
Tabrani. ZA. (2012). Future
Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy,
18(2), 271-284
Tabrani. ZA. (2012). Hak
Azazi Manusia dan Syariat Islam di Aceh. Makalah disampaikan pada International
Conference Islam and Human Right, MSI UII April 2012, 281-300
Tabrani.
ZA. (2013). Kebijakan Pemerintah dalam
Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan Islam (Tantangan Terhadap Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah), Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(2),
65-84
Tabrani. ZA. (2013).
Modernisasi Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan), Jurnal
Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(1), 65-84
Tabrani.
ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi
Islam. Banda Aceh: SCAD
Independent
Tabrani. ZA. (2013).
Urgensi Pendidikan Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Sintesa, 13(1), 91-106
Tabrani.
ZA. (2014). Buku Ajar Filsafat Umum. Yogyakarta: Darussalam Publishing, kerjasama
dengan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh
Tabrani. ZA. (2014). Buku Ajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Bahan Ajar untuk
Mahasiswa Program Srata Satu (S-1) dan Program Profesi Keguruan (PPG)). Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press
Tabrani.
ZA. (2014). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Darussalam Publishing
Tabrani. ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner
(Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2),
127-144.
Tabrani.
ZA. (2014). Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan
Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura,
13(2), 250-270
Tabrani.
ZA. (2014). Menelusuri Metode Pendidikan
dalam Al-Qur`an dengan Pendekatan Tafsir Maudhu`i. Jurnal Ilmiah
Serambi Tarbawi, 2(1), 19-34
Tabrani.
ZA. (2015). Arah Baru Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Tabrani.
ZA. (2015). Keterkaitan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat (Studi
Analisis atas QS. Al-An`am Ayat 125). Jurnal Sintesa, 14(2), 1-14
Tabrani.
ZA. (2015). Persuit Epistemologi of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi
Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak
Tabrani.
ZA. (2016). Aliran Pragmatisme dan
Rasionalisasinya dalam Pengembangan Kurikulum 2013, dalam Saifullah Idris
(ed.), Pengembangan Kurikulum: Analisis Filosofis dan Implikasinya dalam
Kurikulum 2013, Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press 2016
Tabrani. ZA. (2016). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis
Geo-Kultur Islam dan Politik Pada Kerajaan Turki Usmani). Jurnal
Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 130-146.
Tabrani.
ZA. (2016). Transpormasi Teologis Politik Demokrasi Indonesia (Telaah Singkat
Tentang Masyarakat Madani dalam Wacana Pluralisme Agama di Indonesia). Al-Ijtima`i- International
Journal of Government and Social Science, 2(1), 41-60
Walidin, W., Idris, S
& Tabrani. ZA. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Grounded
Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press